Jumat, 17 Maret 2017

Membangun Rumah Secara Bertahap



Membangun rumah secara bertahap atau dikenal dengan konsep rumah tumbuh, adalah suatu cara untuk mengembangkan rumah dalam beberapa tahap pembanguan atau dengan kata lain membangun dengan menyisakan lahan untuk di kembangkan. Konsep ini cocok untuk pembeli rumah pertama (first buyer), lajang ataupun rumah tangga baru yang membutuhkan tambahan ruang untuk beberapa tahun kedepan, misalnya ketika mendapat anggota keluarga baru. Selain itu dengan konsep rumah tumbuh maka biaya pembangunan rumah menjadi relatif tidak terlalu besar, sehingga dapat di alokasikan untuk kepentingan lainnya.

Dalam menerapkan konsep rumah tumbuh, yang perlu di perhatikan adalah kita seharusnya telah memiliki desain rumah secara keseluruhan. Dari desain tersebut kita akan membagi pengembangan rumah ke dalam beberapa tahapan yang berkesinambungan. Selain secara horizontal pengembangan rumah dapat juga dilakukan secara vertikal, tentunya dengan mempertimbangkan struktur rumah seperti ukuran kolom, sloof, pondasi, dll.

Konsep rumah tumbuh tidak hanya diterapkan pada rumah yang dibangun sendiri, namun saat ini   telah banyak pengembang perumahan yang telah menerapkannya. Biasanya pengembang menawarkan unit dengan bangunan yang tidak terlalu besar, namun keuntungan yang kita dapatkan adalah lahan yang cukup luas untuk pengembangan selanjutnya. Bahkan saat ini telah banyak perumahan dapat didesain sesuai permintaan sehingga konsep rumah tumbuh secara maksimal dapat kita masukkan di dalamnya.

Denah di bawah ini adalah contoh rumah yang dikembangkan dengan konsep rumah tumbuh yang saya ambil dari website. Denah asal berupa rumah satu lantai dengan luas 36 m² yang kembangkan menjadi rumah dua lantai dengan luas 70 m². Berdasarkan denah tersebut dapat dilihat bahwa rumah tumbuh tidak menjadikan taman sebagai bagian untuk pengembangan rumah. Dalam menerapkan konsep rumah tumbuh seyogyanya dengan memperhatikan faktor estetika sehingga tidak mengurangi keindahan arsitektur rumah.




Kamis, 16 Maret 2017

Menghitung Harga Pagar Besi Hollow Minimalis




 Apabila kita survey harga pagar besi hollow di lapangan, akan kita temukan perbedaan harga antara bengkel las yang satu dengan yang lain. Tentunya harga yang ditawarkan adalah bertujuan untuk menarik minat konsumen untuk membeli produk dari mereka. Dalam  menentukan harga pagar hollow /m², tentunya akan lebih mudah apabila kita mengetahui cara menghitung harga produksi pagar yang terdiri dari bahan dan upah. Tentunya apabila desain semakin rumit maka harga upah pun akan semakin mahal.


Gambar di atas adalah contoh pagar yang akan kita hitung biaya produksinya. Untuk memudahkan dalam menghitung, bagian pagar yang terdapat besi firkan 10 mm dianggap juga dibuat dari material besi hollow. Ukuran pagar minimalis tersebut adalah 1,25 m x 2,65 m yang terdiri dari besi hollow 40 x 40 mm dan besi hollow 20 x 40 mm dengan  jarak rong 100 mm. Berikut adalah cara menghitung kebutuhan produksi pagar rumah minimalis tersebut di atas :

Besi hollow 40 x 40 x 1,1 mm = 1,25 + 1,25 + 2,65 + 2,65 = 7,8 m

                                                 = 1,3 batang x Rp.93.000,00 = Rp. 120.900,00

Besi hollow 20 x 40 x 0,8 mm = 20 x 1,08 = 21,6 m

                                                 = 3,6 batang x Rp.55.000,00 = 198.000,00

Biaya Las Listrik                      = 44 titik x Rp. 10.000,00 = Rp. 440.000,00

Pengecatan                               = Rp. 120.000,00

TOTAL BIAYA                       = Rp. 878.900,00


Dari perhitungan kebutuhan bahan, biaya las dan pengecatan dapat diketahui total biaya produksi adalah sebesar Rp. 878.900,00 untuk dimensi pagar 1,25 m x 2,65 m sehingga total luas 3,31 m². Sehingga biaya produksi pagar hollow /m² adalah Rp. 265.238,00, jumlah tersebut belum di tambah dengan keuntungan pemilik bengkel las yang merupakan nilai jual pagar.

Rabu, 08 Februari 2017

Mengatur Tata Letak Rumah


Rumah adalah sebuah wadah tempat interaksi antara penghuninya, sehingga dalam pengaturanya memerlukan perencanaan tata letak ruang yang saling berkaitan satu sama lain. Pembagian ruang yang satu dengan yang lainnya seyogyanya disesuaikan dengan aktifitas yang dilakukan oleh penghuni rumah tersebut. Tentunya tidak akan pas apabila kita membuat sebuah studio musik dalam rumah kita apabila ternyata penghuni rumah tersebut tidak menyukai bermain musik.Apabila penghuni rumah menyukai kegiatan memasak, maka tidak ada salahnya ruang dapur di buat agak luas sehingga dapat menunjang hobi yang dimiliki. 

Pembagian ruang di dalam rumah pada umumnya terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, dapur, ruang makan, kamar mandi dan kamar tidur. Bagi yang memiliki lahan berlebih dapat pula ditambah ruang lain sesuai dengan kebutuhan, seperti misalnya ruang belajar/ bekerja, perpustakaan, mushola, dll, apabila lahan yang ada dirasa sempit maka bangunan vertikal sangat disarankan. Selain itu penggunaan ruang untuk beberapa aktivitas juga dapat dilakukan dengan syarat tidak mengganggu satu sama lain.

Selain ruang sebagai wadah aktivitas, tidak kalah pentingnya yaitu melakukan perencanaan untuk pengaturan sirkulasi penghuni rumah. Pada umunya ruang tamu terletak di depan sesuai dengan fungsinya sebagai tempat menerima tamu. Sedangkan ruang keluarga dapat di tempatkan di tengah sehingga ruang tersebut dapat di akses dengan mudah dari ruang manapun didalam rumah. Dalam menempatkan ruang - ruang tersebut yang harus diperhatikan juga adalah pencahayaan matahari dan sirkulasi udara yang memadai.